The Unlikely Mistress – Semalam di Venesia

Indonesian Cover

Detail buku:
Judul asli: The Unlikely Mistress – (London’s Most Eligible Playboys)
Penulis: Sharon Kendrick
Penerjemah: Maria Renata W. Perdana
Editor: Angelic Zaizai
Tebal: 256 halaman
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I, 2012
ISBN: 978-979-22-8420-1

Blurb:

Dibelah air laguna, Sabrina Cooper dan Guy Masters bertukar pandangan dan langsung saling tertarik. Guy adalah playboy jutawan, sementara Sabrina dari kalangan biasa. Namun satu malam yang menggairahkan bersama Guy di Venesia memberi Sabrina peluang untuk melupakan hidupnya yang membosankan, kepedihan yang dirasakannya sejak kehilangan sang tunangan.

Tak ingin kembali kepada kehidupan lamanya, Sabrina menerima undangan Guy untuk tinggal bersama pria itu di apartemennya yang mewah di London. Meski demikian, keduanya sepakat untuk menjaga hubungan tetap platonik. Sanggupkah Guy dan Sabrina menahan godaan satu sama lain?

Resensi:
Sejak awal pertemuan kedua tokoh utama, Sabrina dan Guy, percik-percik ketertarikan secara fisik sudah sangat jelas terlihat. Guy terpesona pada fisik Sabrina yang saat itu basah kuyup karena air laguna. Sabrina sendiri tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok fisik pria tampan yang mau menolongnya dan memberinya pinjaman uang setelah tas yang berisi dompet dan barang berharga miliknya tenggelam di dasar laguna.

Pertemuan kedua terjadi saat Sabrina mengembalikan uang pinjaman Guy yang dilanjutkan dengan makan malam yang sama-sama tidak mereka nikmati karena godaan fisik di antara keduanya sama-sama besar. Usai makan malam tersebut terjadilah one night stand yang berujung pada kepergian Sabrina setelah mengetahui bahwa Guy menyimpan rahasia darinya.

Tidak butuh waktu lama bagi Guy untuk menemukan kembali Sabrina karena wanita itu tanpa sengaja meninggalkan sebuah kalung berliontin cincin pertunangan yang akhirnya diketahui sebagai peninggalan tunangan Sabrina.

Sabrina dan Guy akhirnya tinggal serumah karena satu dan lain hal. Sungguh aneh ketika hal ini terjadi karena mereka berdua setuju untuk menjalani hubungan platonik. Hal ini tentu saja seperti menyiram minyak ke kobaran api dan terasa mengada-ada untuk menjadikannya sebagia konflik alam cerita ini. Sudah jelas betapa akan gagalnya persetujuan hubungan platonik ini mengingat betapa kuatnya ketertarikan fisik di awal pertemuan mereka.

Happy ending? Tentu saja. Namun tidak ada yang berkesan sama sekali dari buku dengan kover yang menurutku cukup bagus ini.

Sensasi rasa untuk buku ini: 2/5