Weedflower – Bunga Liar

6293838

Indonesian Cover

Detail buku:
Judul asli: Weedflower
Penulis: Cynthia Kadohata
Penerjemah: Lanny Murtihardjana
Tebal: 272 halaman
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
cetakan I, Oktober 2008
ISBN: 978-979-22-4088-7

Blurb:

Sumiko yang berumur dua belas tahun merasa hidupnya terbagi atas dua bagian: sebelum dan sesudah Pearl Harbor. Bagian yang baik dan bagian yang buruk. Dibesarkan di perkebunan bunga di California, Sumiko sudah terbiasa menjadi satu-satunya gadis Jepang di kelasnya. Meskipun anak-anak lain mengejeknya, Sumiko memiliki rumah, keluarga, dan bunga-bunga liarnya.

Semua itu berubah setelah peristiwa Pearl Harbor. Orang-orang Amerika curiga bahwa seluruh warga keturunan Jepang—termasuk mereka yang lahir di Amerika Serikat seperti Sumiko—adalah mata-mata Kaisar. Ketika kecurigaan itu semakin membengkak, Sumiko dan keluarganya mendapati diri mereka diangkut ke kamp konsentrasi di salah satu padang gurun terpanas di Amerika. Warna-warni bunga yang melingkupi hidup Sumiko lenyap sudah, berganti dengan badai debu yang menghitamkan langit dan menerobos setiap pori-pori barak militer yang merupakan “rumah” barunya.

Sumiko dengan cepat menemukan bahwa kamp itu terletak di daerah reservasi orang India, dan orang Jepang tidak diterima di situ seperti juga di tempat sebelumnya. Tapi kemudian Sumiko bertemu dengan seorang pemuda Mohave. yang mungkin bisa menjadi sahabat pertamanya, kalau saja sang pemuda mau melupakan amarahnya kepada orang Jepang yang dianggap menyerobot tanahnya.

Dengan pemahaman yang tajam dan mendalam, dan dengan meminjam mata seorang gadis remaja yang mendambakan tempat, Cynthia Kadohata mengeksplorasi dampak pengeboman Pearl Harbor terhadap orang-orang Jepang di Amerika pada masa Perang Dunia II. Weedflower adalah kisah keindahan dan tantangan persahabatan antar-ras, dan mengangkat kisah nyata bagaimana pertemuan warga Amerika keturunan Jepang dan penduduk asli Amerika telah mengubah masa depan keduanya.

Resensi:

Ia pernah mendengar seorang pendeta Buddha berkata bahwa bukanlah cara orang Buddha untuk berdoa memohon sesuatu yang khusus untuk diri sendiri. Tapi memang itulah  caraku, pikir Sumiko. Ia lalu mengulang-ulang doa itu di dalam hati, Kumohon, selamatkanlah mereka. hlm.74.

Itulah sepenggal pemikiran Sumiko, seorang gadis Jepang yang menjadi tokoh utama dalam buku ini ketika harus berpisah dengan orang-orang yang dicintainya karena perang. Walaupun 100% berdarah Jepang, namun Sumiko lahir dan besar di Amerika sebagai generasi ketiga keluarganya yang bermigrasi dari Jepang beberapa tahun sebelumnya.

224392Sepeninggal kedua orang tuanya yang tewas karena kecelakaan mobil, Sumiko dan adiknya, Tak-Tak tinggal bersama Paman dan Bibinya, kedua sepupunya, Ichiro dan Bull, serta Jiichan, sang Kakek yang merupakan generasi pertama yang datang ke Amerika Serikat.

Sejak awal diceritakan bahwa Sumiko sangat dekat dengan keluarganya yang mengandalkan perkebunan bunga sebagai mata pencaharian mereka. Sumiko sendiri punya kelebihan; pandai merawat tanaman dan mampu memilih kuncup yang nantinya akan mekar menjadi bunga berkualitas bagus. Sumiko pun memilih sendiri bunga yang akan diberikannya kepada salah seorang teman sekelas yang berulang tahun serta menyiapkan sebuah hadiah mewah.

Namun ketika mendatangi pesta ulang tahun tersebut, Sumiko harus menghadapi bahwa kenyataan tidak seindah yang dia harapkan. Konflik politik antara Amerika Serikat dan Jepang memanas dan akhirnya perang pun pecah setelah Jepang menyerang Hawaii dan sekaligus menjungkirbalikkan kehidupan damai Sumiko beserta kaum Jepang di lingkungan tempat tinggal Sumiko.

Simbol-simbol berbau Jepang terpaksa dihancurkan dan dihilangkan sementara orang-orang yang dicurigai akan melakukan pemberontakan dijemput paksa oleh pemerintah, dipisahkan dari keluarga mereka masing-masing, termasuk paman dan Jiichan.

Sumiko pun terpaksa mengungsi bersama adik, bibi dan kedua sepupunya ke San Carlos. Tempat pengungsiannya yang berupa gelanggang pacuan kuda sangat tidak manusiawi sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Poston, Arizona yang sangat panas.

Di kamp pengungsian terakhir itulah Sumiko bisa bercocok tanam di kebun Mr. Moto yang terobsesi menjadikan kebunnya meraih juara pertama dalam lomba antar sektor. Di tempat itu pula Sumiko bertemu dengan Frank, seorang pemuda Indian Mojave yang sejak awal memandang sebelah mata kepadanya dan menganggap bahwa orang-orang Jepang pendatang itu telah merebut tanah mereka. Meskipun banyak prasangka yang timbul antara warga keturunan Jepang dan penduduk asli Indian, namun lambat laun sebagian dari mereka berinteraksi dengan baik dan mulai memahami bahwa mereka berdua adalah korban dari peperangan yang telah melanda Amerika.

Ketika Bibi memutuskan untuk pindah ke tempat lain yang lebih baik, Sumiko dihadapkan pilihan akan masa depannya. Apakah dia harus tinggal agar selalu bisa merawat kebun bunga bersama Mr. Moto seperti yang selama ini dilakukannya dan tetap berteman dengan Frank, atau ikut bersama Bibinya dan tidak pernah kembali ke tempat yang beberapa waktu terakhir itu dia anggap sebagai rumah.

Cerita berlatar belakang perang dari sudut pandang anak-anak dan remaja selalu memberikan kesan mendalam untukku. Demikian pula cerita dalam buku ini dimana dari sudut pandang Sumiko kita dapat mengetahui kondisi para imigran Jepang di Amerika pada masa Perang Dunia II. Berbagai istilah berbau Jepang diselipkan di sini, memperkuat akar budaya Sumiko yang tidak hilang walaupun tinggal di tanah orang. Pemikiran khas seorang anak berusia dua belas tahun cukup terasa di sini walaupun kondisi saat itu menuntuk Sumiko untuk bersikap lebih dewasa daripada usianya tersebut. Namun demikian, sisa-sisa kepolosan Sumiko dan kecintaannya kepada tanaman bunga masih tetap terlihat di sepanjang cerita, memberikan kesan tersendiri untuk si bunga liar itu.

Akhir cerita yang cenderung menggantung memberikan alternatif ending bagi para pembacanya, membuatku penasaran dengan kelanjutan cerita Sumiko yang mulai beranjak remaja.

Sensasi rasa seusai baca: 3,5/5

Tentang Penulis:

source: goldsea.com

source: goldsea.com

Cynthia Kadohata adalah seorang penulis Amerika keturunan Jepang yang terkenal dengan tulisannya tentang wanita-wanita keturunan Asia-Amerika. Kadohata menghabiskan masa kecilnya di Selatan, yang menginspirasi karya-karya pertamanya. Novel anak-anak pertamanya, Kira-Kira, memenangkan penghargaan Newberry di tahun 2005 sementara novel dewasa pertamanya meraih New York Times Notable Book of the Year.

Lebih lengkap tentang Kadohata, silakan lihat di sini

Sekilas kata:

  • Resensi ini dibuat dalam rangka Posting Bareng BBI dengan tema historical fiction dan aku sertakan dalam Finding New Author.

5 thoughts on “Weedflower – Bunga Liar

  1. Pingback: New Authors Reading Challenge 2013 | Melihat Kembali

  2. Pingback: New Authors Reading Challenge 2013 – Wrap Up | Melihat Kembali

Leave a comment